Keajaiban Al Quran dilihat dari sisi kandungannya
telah banyak ditulis dan diketahui, tetapi keajaiban dilihat dari
bagaimana Al Quran ditulis/disusun mungkin belum banyak yang mengetahui.
Orang-orang non-muslim khususnya kaum orientalis barat sering menuduh
bahwa Al Qur’an adalah buatan Muhammad. Padahal kalau kita baca Al
Qur’an ada ayat yang menyatakan tantangan kepada orang-orang kafir
khususnya untuk membuat buku/kitab seperti Al Quran dimana hal ini tidak
mungkin akan dapat dilakukannya meskipun jin dan manusia bersatu padu
membuatnya. Tulisan singkat ini bertujuan untuk menyajikan beberapa
keajaiban Al Qur’an dilihat dari segi bagaimana Al Qur’an ditulis, dan
sekaligus secara tidak langsung juga untuk menyangkal tuduhan tersebut,
dimana Muhammad sebagai manusia biasa tidak mungkin dapat melakukan atau
menciptakan sebuah Al Qur’an. Pandangan sains secara konvensional
menempatkan matematika sebagai suatu yang prinsipil dari sebuah cabang
pengetahuan dimana alasan dikedepankan, emosi tidak dilibatkan,
kepastian menjadi hal yang ingin diketahui, dan kebenaran hari ini
merupakan kebenaran untuk selamanya. Dalam masalah agama, ilmuan
memandang bahwa semua agama sama, karena semua agama sama-sama tidak
mampu memverifikasi atau menjustifikasi kebenaran melalui pembuktian
yang dapat diterima oleh logika. Jadi suatu hal dikatakan valid jika ada
bukti nyata, dan pembuktian ini merupakan sebuah prosedur yang dibentuk
untuk membuktikan suatu realitas yang tak terlihat melalui sebuah
proses deduksi dan konklusi yang hasil akhirnya dapat diterima oleh
semua pihak. Dengan dasar tersebut, tulisan ini mencoba untuk membawa
pembaca pada suatu kesimpulan bahwa Al Qur’an yang ditulis menurut
aturan matematika, merupakan bukti nyata bahwa Al Qur’an adalah
benar-benar firman Allah dan bukan buatan Nabi Muhammad. Kiranya patut
juga direnungi apa yang dikatakan oleh Galileo (1564-1642 AD) bahwa . “Mathematics
is the language in which God wrote the universe (Matematika adalah
bahasa yang digunakan Tuhan dalam menuliskan alam semesta ini)” ada benarnya. Kebenaran bahasa matematika tersebut akan dibahas sekilas sebagai tambahan dari tema utama tulisan ini.
Angka-angka Menakjubkan dari Beberapa Kata dalam Al Qur’an
Kalau kita buka Al Quran dan kita perhatikan beberapa kata dalam Al
Quran dan menghitung berapa kali kata tersebut disebutkan dalam Al
Quran, kita akan peroleh suatu hal yang sangat menakjubkan. Mungkin kita
betanya, berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencari dan
menghitungnya. Dengan kemajuan teknologi khususnya komputer, hal
tersebut tidak menjadi masalah. Tabel 1 menyajikan frekuensi penyebutan
beberapa kata penting dalam Al Qur’an yang kita kenal dalam kehidupan
sehari-hari. Berdasarkan tabel tersebut ada beberapa pelajaran yang
dapat kita petik. Misalnya pada kata “dunya” dan “akhirat” yang
disebutkan dalam Al Qur’an dengan frekuensi sama, kita dapat menafsirkan
bahwa Allah menyuruh umat manusia untuk memperhatikan baik kehidupan
dunia maupun kehidupan akhirat secara seimbang. Artinya kehidupan dunia
dan akhirat sama-sama penting bagi orang Islam. Selanjutnya pada
penyebutan kata “malaaikat” dan “syayaathiin” juga disebutkan secara
seimbang. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa kebaikan yang
direfleksikan oleh kata “malaaikah” akan selalu diimbangi oleh adanya
kejahatan yang direfleksikan oleh kata “syayaathiin”. Hal lain juga
dapat kita kaji pada beberapa pasangan kata yang lain.
Tabel 1. Jumlah Penyebutan beberapa Kata Penting dalam Al Quran
Sumber: From the Numeric Miracles In the Holy Qur’an by Suwaidan, http://www.islamicity.org
Beberapa kata lain yang menarik dari tabel tersebut adalah kata “syahr
(bulan)” yang disebutkan sebanyak 12 kali yang menunjukkan bahwa jumlah
bulan dalam setahun adalah 12, dan kata “yaum (hari)” yang disebutkan
sebanyak 365 kali yang menunjukkan jumlah hari dalam setahun adalah 365
hari. Selanjutnya Kata “lautan (perairan)” disebutkan sebanyak 32 kali,
dan kata “daratan” disebut dalam Al Quran sebanyak 13 kali. Jika kedua
bilangan tersebut kita tambahkan kita dapatkan angka 45.
Sekarang kita lakukan perhitungan berikut:
· Dengan mencari persentase jumlah kata “bahr (lautan)” terhadap total jumlah kata (bahr dan barr) kita dapatkan:
(32/45)x100% = 71.11111111111%
(32/45)x100% = 71.11111111111%
· Dengan mencari persentase jumlah kata “barr (daratan)” terhadap total jumlah kata (bahr dan barr) kita dapatkan:
(13/45)x100% = 28.88888888889%
(13/45)x100% = 28.88888888889%
Kita akan mendapatkan bahwa Allah SWT dalam Al Quran 14 abad yang lalu
menyatakan bahwa persentase air di bumi adalah 71.11111111111%, dan
persentase daratan adalah 28.88888888889%, dan ini adalah rasio yang
riil dari air dan daratan di bumi ini.
Al Qur’an Didisain Berdasarkan Bilangan 19
Dalam kaitannya dengan pertanyaan yang bersifat matematis yang hanya
memiliki satu jawaban pasti, maka jika ada beberapa ahli matematika,
yang menjawab di waktu dan tempat yang berbeda dan dengan menggunakan
metode yang berbeda, maka tentunya akan memperoleh jawaban yang sama.
Dengan kata lain, pembuktian secara matematis tidak dipengaruhi oleh
ruang dan waktu. Perlu diketahui bahwa dari seluruh kitab suci yang ada
di dunia ini, Al Qur’an merupakan satu-satunya kitab suci yang
seluruhnya ditulis dalam bahasa aslinya. Berkaitan dengan pembuktian,
kebenaran Al Qur’an sebagai wahyu Allah yang sering dikatakan oleh orang
barat sebagai ciptaan Muhammad, dapat dibuktikan secara matematis bahwa
Al Qur’an tidak mungkin diciptakan oleh Muhammad. Adalah seorang ahli
biokimia berkebangsaan Amerika keturunan Mesir dan seorang ilmuan
muslim, Dr. Rashad Khalifa yang pertama kali menemukan sistem matematika
pada desain Al Qur’an. Dia memulai meneliti komposisi matematik dari Al
Quran pada 1968, dan memasukkan Al Qur’an ke dalam sistem komputer pada
1969 dan 1970, yang diteruskan dengan menerjemahkan Al Qur’an ke dalam
bahasa Inggris pada awal 70-an. Dia tertantang untuk memperoleh jawaban
untuk menjelaskan tentang inisial pada beberapa surat dalam Al Qur’an
(seperti Alif Lam Mim) yang sering diberi penjelasan hanya dengan “hanya Allah yang mengetahui maknanya”.
Dengan tantangan ini, dia memulai riset secara mendalam pada
inisial-inisial tersebut setelah memasukkan teks Al Qur’an ke dalam
sistem komputer, dengan tujuan utama mencari pola matematis yang mungkin
akan menjelaskan pentingnya inisial-inisial tersebut. Setelah beberapa
tahun melakukan riset, Dr. Khalifa mempublikasikan temuan-temuan
pertamanya dalam sebuah buku berjudul “MIRACLE OF THE QURAN: Significance of the Mysterious Aphabets”
pada Oktober 1973 bertepatan dengan Ramadan 1393. Pada buku tersebut
hanya melaporkan bahwa inisial-inisial yang ada pada beberapa surat pada
Al Qur’an memiliki jumlah huruf terbanyak (proporsi tertinggi) pada
masing-masing suratnya, dibandingkan huruf-huruf lain. Misalnya, Surat
“Qaaf” (S No. 50) yang dimulai dengan inisial “Qaaf” mengandung huruf
“Qaaf” dengan jumlah terbanyak. Surat “Shaad” (QS No. 38) yang memiliki
inisial “Shaad”, mengandung huruf “Shaad” dengan proporsi terbesar.
Fenomena ini benar untuk semua surat yang berinisial, kecuali Surat Yaa
Siin (No. 36), yang menunjukkan kebalikannya yaitu huruf “Yaa” dan
“Siin” memiliki proporsi terendah. Berdasarkan temuan tersebut, pada
awalnya dia hanya berfikir sampai sebatas temuan tersebut mengenai
inisial pada Al Qur’an, tanpa menghubungkan frekuensi munculnya
huruf-huruf yang ada pada inisial surat dengan sebuah bilangan pembagi
secara umum (common denominator). Akhirnya, pada Januari 1974
(bertepatan dengan Zul-Hijjah 1393), dia menemukan bahwa bilangan 19
sebagai bilangan pembagi secara umum[1] dalam insial-inisial tersebut dan seluruh penulisan dalam Al Qur’an, sekaligus sebagai kode rahasia Al Qur’an.
Temuan ini sungguh menakjubkan karena seluruh teks dalam Al Qur’an
tersusun secara matematis dengan begitu canggihnya yang didasarkan pada
bilangan 19 pada setiap elemen sebagai bilangan pembagi secara umum.
Sistem matematis tersebut memiliki tingkat kompleksitas yang bervariasi
dari yang sangat sederhana (bisa dihitung secara manual) sampai dengan
yang sangat kompleks yang harus memerlukan bantuan program komputer
untuk membuktikan apakah kelipatan 19. Jadi, sistem matematika yang
didasarkan bilangan 19 yang melekat pada Al Quran dapat diapresiasi
bukan hanya oleh orang yang memiliki kepandaian komputer dan matematika
tingkat tinggi, tetapi juga oleh orang yang hanya dapat melakukan
penghitungan secara sederhana.
Selain 19 sebagai kode rahasia Al Qur’an itu sendiri, peristiwa
ditemukannya bilangan 19 sebagai “miracle” dari Al Qur’an juga dapat
dihubungkan dengan bilangan 19 sebagai kehendak Allah. Disebutkan di
atas bahwa kode rahasia tersebut ditemukan pada tahun 1393 Hijriah. Al
Qur’an diturunkan pertama kali pada 13 tahun sebelum Hijriah (hijrah
Nabi). Jadi keajaiban Al Qur’an ini ditemukan 1393+13=1406 tahun (dalam
hitungan hijriah) setelah Al Qur’an diturunkan, yang bertepatan dengan
tahun 1974 M.
Surah 74 adalah Surah Al Muddatsir yang berarti orang yang berkemul (Al
Quran dan Terjemahnya, Depag) dan juga dapat berarti rahasia yang
tesembunyi, yang memang mengandung rahasia Allah mengenai keajaiban Al
Qur’an. Dalam Surah 74 ayat 30-36 dinyatakan:
(74:30) Di atasnya adalah 19.
(74:31) Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka melainkan dari
malaikat; dan tidaklah Kami jadikan bilangan mereka itu (19) melainkan
untuk:
- cobaan/ujian/tes bagi orang-orang kafir,
- meyakinkan orang-orang yang diberi Al Kitab (Nasrani dan Yahudi),
- memperkuat (menambah)keyakinan orang yang beriman,
- menghilangkan keragu-raguan pada orang-orang yang diberi Al kitab dan juga orang-orang yang beriman, dan
- menunjukkan mereka yang ada dalam hatinya menyimpan
keragu-raguan; dan orang-orang kafir mengatakan: “Apakah yang
dikehendaki Allah dengan perumpamaan ini?” Demikianlah Allah membiarkan
sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa
yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu
melainkan Dia. Dan ini tiada lain hanyalah sebuah peringatan bagi
manusia.
(74:32) Sungguh, demi bulan.
(74:33) Dan malam ketika berlalu.
(74:34) Dan pagi (subuh) ketika mulai terang.
(74:35) Sesungguhnya ini (bilangan ini) adalah salah satu dari keajaiban yang besar.
(74:36) Sebagai peringatan bagi umat manusia.
Sebagian besar ahli tafsir menafsirkan 19 sebagai jumlah malaikat.
Menurut Dr. Rashad Khalifa, menafsirkan bilangan 19 sebagai jumlah
malaikat adalah tidak tepat karena bagaimana mungkin jumlah malaikat
dapat dijadikan untuk ujian/tes bagi orang-orang kafir, untuk meyakinkan
orang-orang nasrani dan yahudi, untuk meningkatkan keimanan orang yang
telah beriman dan juga untuk menghilangkan keragu-raguan. Jadi, tepatnya
bilangan 19 ini merupakan keajaiban yang besar dari Al Qur’an sesuai
ayat 35 di atas, menurut terjemahan Dr. Rashad Khalifa (dan juga
terjemahan beberapa penterjemah lain). Jadi pada ayat 35 kata “innahaa” merujuk pada kata “’iddatun” pada ayat 31.
Mengapa 19?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, perlu dijelaskan tentang sistem
bilangan. Kita pasti mengenal betul sistem bilangan Romawi yang masih
sangat dikenal pada saat ini, seperti I=1, V=5, X=10, L=50, C=100, D=500
dan M=1000. Seperti halnya pada sistem bilangan Romawi, sistem bilangan
juga dikenal pada huruf-huruf arab. Bilangan yang ditandai pada setiap
huruf dikenal sebagai “nilai numerik (numerical value atau gematrical value)”. Click link ini untuk mengetahui lebih jauh tentang nilai numerik.
Setelah mengetahui nilai dari setiap huruf arab tersebut, kita dapat
menjawab mengapa 19 dipakai sebagai kode rahasia Allah dalam Al Qur’an,
dan sekaligus dapat digunakan untuk mengungkap keajaiban Al Qur’an.
Berikut beberapa hal yang dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa 19.
* 19 merupakan nilai numerik dari kata “Waahid” dalam bahasa arab yang
artinya ‘esa/satu’ (lihat Tabel 2) Tabel 2. Nilai numerik dari kata
“waahid”
* 19 merupakanbilangan positif pertama dan terakhir (1 dan 9), yang
dapat diartikan sebagai Yang Pertama dan Yang Terakhir seperti yang
dikatakan Allah, misalnya, pada QS 57 ayat 3 sebagai berikut:“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”(QS 57:3).
Kata “waahid” dalam Qur’an disebutkan sebanyak 25 kali, dimana 6
diantaranya tidak merujuk pada Allah (seperti salah satu jenis makanan,
pintu, dsb). Sisanya 19 kali merujuk pada Allah. Total jumlah dari
(nomor surat + jumlah ayat pada masing-masing surat) dimana 19 kata
“waahid” yang merujuk pada Allah adalah 361 = 19 x 19. Jadi 19
melambangkan keesaan Allah (Tuhan Yang Esa).
* Pilar agama Islam yang pertama juga dikodekan dengan 19
“La – Ilaha – Illa – Allah”
Nilai-nilai numerik dari setiap huruf arab pada kalimah syahadat di atas adalah dapat ditulis sebagai berikut
“30 1 – 1 30 5 – 1 30 1 – 1 30 30 5”
Jika susunan angka tersebut ditulis menjadi sebuah bilangan,
diperoleh = 30113051301130305 = 19 x … atau merupakan bilangan yang
mempunyai kelipatan 19. Jadi jelaslah bahwa 19 merujuk kepada keesaan
Allah sebagai satu-satunya dzat yang wajib disembah.
Beberapa Contoh Bukti-bukti yang Sangat Sederhana tentang Kode 19
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa desain Al Qur’an yang
didasarkan bilangan 19 ini, dapat dibuktikan dari penghitungan yang
sangat sederhana sampai dengan yang sangat komplek. Berikut ini hanya
sebagian kecil dari keajaiban Al Quran (sistim 19) yang dapat ditulis
dalam artikel singkat ini. Fakta-fakta yang sangat sederhana:
(1) Kalimat Basmalah pada (QS 1:1) terdiri dari 19 huruf arab.
(2) QS 1:1 tersebut diturunkan kepada Muhammad setelah Surat 74 ayat 30 yang artinya “Di atasnya adalah 19”.
(3) Al Qur’an terdiri dari 114 surah, 19×6.
(4) Ayat pertama turun (QS 96:1) terdiri dari 19 huruf.
(5) Surah 96 (Al Alaq) ditempatkan pada 19 terakhir dari 114 surah (dihitung mundur dari surah 114), dan terdiri dari 19 ayat
(6) Surat terakhir yang turun kepada Nabi Muhammad adalah Surah
An-Nashr atau Surah 110 yang terdiri dari 3 ayat. Surah terakhir yang
turun terdiri dari 19 kata dan ayat pertama terdiri dari 19 huruf.
(7) Kalimat Basmalah berjumlah 114 (19×6). Meskipun pada Surah 9 (At
Taubah) tidak ada Basmalah pada permulaan surah sehingga jumlah Basmalah
kalau dilihat pada awal surah kelihatan hanya 113, tetapi pada Surah 27
ayat 30 terdapat ekstra Basmalah (dan juga 27+30=57, atau 19 x 3).
Dengan demikian jumlah Basmalah tetap 114.
(8) Jika dihitung jumlah surah dari surah At Taubah (QS 9) yang tidak
memiliki Basmalah sampai dengan Surah yang memuat 2 Basmalah yaitu S 27,
ditemukan 19 surah. Dan total jumlah nomor surah dari Surah 9 sampai
Surah 27 diperoleh (9+10+11+…+26+27=342) atau 19×18. Total jumlah ini
(342) sama dengan jumlah kata antara dua kalimat basmalah dalam Surat
27.
(9) Berkaitan dengan inisial surah, misalnya ada dua Surah yang diawali
dengan inisial “Qaaf” yaitu Surah 42 yang memiliki 53 ayat dan Surah 50
yang terdiri dari 45 ayat. Jumlah huruf “Qaaf” pada masing-masing dua
surat tersebut adalah 57 atau 19 x 3. Jika kita tambahkan nomor surah
dan jumlah ayatnya diperoleh masing-masing adalah (42+53=95, atau 19 x
5) dan (50+45=95, atau 19 x 5). Selanjutnya initial “Shaad” mengawali
tiga surah yang berbeda yaitu Surah 7, 19, dan 38. Total jumlah huruf
“Shaad” di ketiga surah tersebut adalah 152, atau 19 x 8. Hal yang sama
berlaku untuk inisial yang lain.
(10) Frekuensi munculnya empat kata pada kalimat Basmalah dalam Al
Qur’an pada ayat-ayat yang bernomor merupakan kelipatan 19 (lihat Tabel
3)
Tabel 3: Empat kata dalam Basmalah dan frekuensi penyebutan dalam ayat-ayat yang bernomor dalam Al Quran
No. Kata Frekuensi muncul
1 Ism 19
2 Allah 2698 (19×142)
3 Al-Rahman 57 (19×3)
4 Al-Rahiim 114 (19×6)
(11) Ada 14 huruf arab yang berbeda yang membentuk 14 set inisial pada
beberapa surah dalam Al Qur’an, dan ada 29 surah yang diawali dengan
inisial (seperti Alif-Lam-Mim). Jumlah dari angka-angka tersebut
diperoleh 14+14+29=57, atau 19×3.
(12) Antara surah pertama yang berinisial (Surah 2 atau Surah Al
Baqarah) dan surah terakhir yang berinisial (Surah 68), terdapat 38
surah yang tidak diawali dengan inisial, 38=19×2.
(13) Al-Faatihah adalah surah pertama dalam Al-Quran, No.1, dan terdiri
dri 7 ayat, sebagai surah pembuka (kunci) bagi kita dalam berhubungan
dengan Allah dalam shalat. Jika kita tuliskan secara berurutan Nomor
surah (No. 1) diikuti dengan nomor setiap ayat dalam surah tersebut,
kita dapatkan bilangan: 11234567. Bilangan ini merupakan kelipatan 19.
Hal ini menunjukkan bahwa kita membaca Al Faatihah adalah dalam rangka
menyembah dan meng-Esakan Allah.
Selanjutnya, jika kita tuliskan sebuah bilangan yang dibentuk dari
nomor surah (1) diikuti dengan bilangan-bilangan yang menunjukkan jumlah
huruf pada setiap ayat (lihat Tabel 4), diperoleh bilangan :
119171211191843 yang juga merupakan kelipatan 19.
Tabel 4: Jumlah huruf pada setiap ayat dalam Surah Al Faatihah
(14) Ketika kita membaca Surah Al-Fatihah (dalam bahasa arab), maka
bibir atas dan bawah akan saling bersentuhan tepat 19 kali. Kedua bibir
kita akan bersentuhan ketika mengucapkan kata yang mengandung huruf “B
atau Ba’” dan huruf “M atau Mim”. Ada 4 huruf Ba’ dan 15 huruf Mim.
Nilai numerik dari 4 huruf Ba’ adalah 4×2=8, dan nilai numerik dari 15
huruf Mim adalah 15×40=600. Total nilai numerik dari 4 huruf Ba’ dan 15
huruf Mim adalah 608=19×32 (lihat Tabel 5).
Tabel 5. Kata-kata dalam Surah Al-Fatihah yang mengandunghuruf Ba’ dan Mim beserta nilai numeriknya
Kejadian Di Alam Semesta yang Terkait dengan Bilangan 19
Beberapa kejadian lain di alam ini dan juga dalam kehidupan kita sehari-hari yang mengacu pada bilangan 19 adalah:
· Telah dibuktikan bahwa bumi, matahari dan bulan berada pada posisi yang relatif sama setiap 19 tahun
· Komet Halley mengunjungi sistim tata surya kita sekali setiap 76 tahun (19×4).
· Fakta bahwa tubuh manusia memiliki 209 tulang atau 19×11.
· Langman’s medical embryology, oleh T. W. Sadler yang
merupakan buku teks di sekolah kedokteran di Amerika Serikat diperoleh
pernyataan “secara umum lamanya kehamilan penuh adalah 280 hari atau 40
minggu setelah haid terakhir, atau lebih tepatnya 266 hari atau 38
minggu setelah terjadinya pembuahan”. Angka 266 dan 38 kedua-duanya
adalah kelipatan dari 19 atau 19×14 dan 19×2.
Lima Pilar Islam (Rukun Islam) dan Sistem 19
Islam adalah agama yang dibawa oleh seluruh nabi sejak Nabi Ibrahim sebagai the founding father of Islam
(misalnya lihat QS 2:67, 130-136; QS 5:44, 111; QS 3:52).Pesan utama
yang disampaikan oleh seluruh Nabi sejak Nabi Ibrahim sampai Nabi
Muhammad adalah sama yaitu menyembah Allah yang Esa, Shalat, Puasa,
Zakat dan Haji. Allah menyempurnakan Islam melalui Nabi Muhammad. Jadi
praktek shalat, zakat, puasa dan haji telah dilakukan dan diajarkan oleh
Nabi-nabi sejak Nabi Ibrahim. Dari kelima pilar agama Islam, dapat
ditunjukkan bahwa semua berkaitan dengan sistim bilangan 19 (kelipatan
19).
· Syahadat
Telah dibahas di atas bahwa pilar pertama agama Islam “Laa Ilaaha Illa Allah” didisain berdasarkan bilangan 19.
· Shalat
Kata “shalawat” yang merupakan bentuk jamak dari kata “shalat“ muncul
di Al Qur’an sebanyak 5 kali. Ini menunjukkan bahwa perintah
Allah untuk melaksanakan shalat 5 kali sehari dikodekan di Al Qur’an.
Selanjutnya jumlah rakaat dalam shalat dikodekan dengan bilangan 19.
Jumlah rakaat pada shalat subuh, zuhur, ashar, maghrib dan isya
masing-masing adalah 2,4,4,3, dan 4 rakaat. Jika jumlah rakaat tersebut
disusun menjadi sebuah angka 24434 merupakan bilangan kelipatan 19 atau
(24434 = 19×1286). Digit 1286 kalau dijumlahkan akan didapat angka 17
(1+2+8+6) yang merupakan jumlah rakaat shalat dalam sehari. Untuk hari
Jum’at jumlah rakaat Shalat adalah 15, karena Shalat Jum’at hanya 2
rakaat. Ini juga dapat dikaitkan dengan bilangan 19 (kelipatan 19). Jika
kita buat hari Jum’at sebagai hari terakhir, maka jumlah rakaat shalat
mulai hari Sabtu sampai Jum’at dapat ditulis secara berurutan sebagai
berikut: 17 17 17 17 17 17 15. Jika urutan bilangan tersebut kita
jadikan menjadi satu bilangan 17171717171715, maka bilangan tersebut
merupakan bilangan dengan kelipatan 19 atau (19 x 903774587985). Jadi
pada intinya shalat itu menyembah Tuhan yang Satu (ingat: 19 adalah
total nilai numerik dari kata ‘waahid’). Surah Al-Fatihah yang dibaca
dalam setiap rakaat dalam Shalat seperti dibahas sebelumnya juga mengacu
pada bilangan 19. Selanjutnya, kata “Shalat’ dalam Al Qur’an disebutkan
sebanyak 67 kali. Jika kita jumlahkan nomor surat-surat dan nomor
ayat-ayat dimana ke 67 kata “Shalat” disebutkan, diperoleh total 4674
atau 19×246.
· Puasa
Perintah puasa dalam Al Qur’an disebutkan pada ayat-ayat berikut:
- 2:183, 184, 185, 187, 196;
- 4:92; 5:89, 95;
- 33:35, 35; dan
- 58:4.
Total jumlah bilangan tersebut adalah 1387, atau 19×73. Perlu diketahui
bahwa QS 33:35 menyebutkan kata puasa dua kali, satu untuk orang
laki-laki beriman dan satunya lagi untuk wanita beriman.
· Kewajiban Zakat dan Menunaikan Haji ke Mekkah
Sementara tiga pilar pertama diwajibkan kepada semua orang Islam
laki-laki dan perempuan, Zakat dan Haji hanya diwajibkan kepada mereka
yang mampu. Hal ini menjelaskan fenomena matematika yang menarik yang
berkaitan dengan Zakat dan Haji.
Zakatdisebutkan dalam Al Qur’an pada ayat-ayat berikut:
Penjumlahan angka-angka tersebut diperoleh 2395. Total jumlah ini jika
dibagi dengan 19 diperoleh sisa 1 (bilangan tersebut tidak kelipatan
19).
Hajidisebutkan dalam Al Qur’an pada ayat-ayat
- 2:189, 196, 197;
- 9:3; dan
- 22:27.
Total penjumlahan angka-angka tersebut diperoleh 645, dan angka ini
tidak kelipatan 19 karena jika angka tersebut dibagi 19 kurang 1.
Kemudian jika dari kata Zakat dan Haji digabungkan diperoleh nilai total 2395+645 = 3040 = 19x160.
Penutup
Secara umum disimpulkan bahwa Al Qur’an didisain secara matematis. Apa
yang dibahas di atas hanyalah sebagian kecil dari ribuan bukti tentang
desain matematis dari Al Qur’an dan khususnya tentang bilangan dasar 19
sebagai desain Al Qur’an yang dapat disajikan pada tulisan ini. Selain
itu, tulisan ini hanya memfokuskan pada contoh-contoh yang sangat
sederhana, sementara untuk contoh-contoh yang sangat kompleks tidak
disajikan di sini karena mungkin akan sulit dipahami oleh orang yang
tidak memiliki latar belakang atau kurang memahami matematika. Bilangan
19 yang juga berarti Allah yang Esa, dan juga berarti tidak ada Tuhan
melainkan Dia, dapat dikatakan sebagai “Tanda tangan Allah” di alam
semesta ini. Hal ini sesuai dengan salah satu firman Allah yang
menyatakan bahwa seluruh alam ini tunduk dan sujud kepada Allah dan
mengakui keesaan Allah. Hanya orang-orang kafir lah yang tidak mau sujud
dan mengakui keesaan Allah. Allah dalam menciptakan Al Qur’an dan alam
semesta ini telah melakukan perhirtungan secara detail, seperti firman
Allah yang berbunyi: “dan Allah menghitung segala sesuatunya satu per satu (secara detail)”
(QS 72:28). Jumlahkan angka-angka pada nomor surah dan ayat tersebut
!!!!!! Anda memperoleh angka 19 (7+2+2+8=19). Dari uraian di atas
khususnya mengenai lima pilar Islam diperoleh kesimpulan yang sangat
tegas bahwa pemeluk Islam adalah orang-orang yang pasrah dan tunduk
menyembah dan mengakui keesaan Allah seperti yang ditunjukkan bahwa
kelima pilar Islam tersebut berkaitan dengan sistim bilangan 19 (nilai
numerik dari kata “waahid” atau Esa). Hal ini juga sesuai dengan Islam
sendiri yang yang secara harfiah dapat berarti pasrah/tunduk. Hal lain
yang dapat diambil sebagai pelajaran dari sistim bilangan 19 sebagai
disain Al Qur’an adalah terpecahkannya “unsolved problem”
mengenai perdebatan di antara para ulama terhadap status “Basmalah” pada
Surah Al-Faatihah apakah termasuk salah satu ayat dalam surah tersebut
atau tidak. Dengan ditemukannya bilangan 19 sebagai disain Al Qur’an,
bukti-bukti matematis pada tulisan ini telah membuktikan bahwa lafal
“Basmalah” termasuk dalam salah satu ayat Surah Al-Fatihah. Sebagai
penutup, semoga tulisan ini dapat menambah keimanan bagi orang-orang
yang beriman, menjadi tes/ujian bagi mereka yang belum beriman, dan
menghilangkan keragu-raguan bagi mereka yang hatinya dihinggapi
keragu-raguan akan kebenaran Al Qur’an. Allah akan membiarkan sesat
orang-orang yang dikehendakiNya dan memberi petunjuk kepada siapa yang
dikehendakiNya (QS 74:31).
Catatan:
Untuk memverifikasi “keajaiban matematis” dari Al Qur’an anda perlu
menggunakan Al Qur’an yang dicetak menurut versi cetak Arab Saudi atau
Timur Tengah pada umumnya. Mengapa? Hasil penelitian yang saya lakukan,
terdapat banyak perbedaan antara Qur’an versi cetak Indonesia pada
umumnya dan Qur’an versi cetak Arab Saudi (kebetulan saya memegang
Qur’an versi cetak Arab Saudi), meskipun perbedaan tersebut tidak
berpengaruh pada makna/arti. Perbedaan tersebut hanya pada cara
menuliskan beberapa kata. Meskipun demikian, jika mengacu pada
“Keajaiban Matematis” dari Al Qur’an, Qur’an versi cetak Indonesia pada
umumnya (yang disusun oleh orang Indonesia) menyalahi aturan yang
aslinya sehingga keajaiban matematis tidak muncul. Saya hanya memberikan
2 contoh kata saja dari sekian kata yang berbeda penulisannya yaitu
kata “shirootho” dan “insaana”. Menurut versi cetak Arab Saudi, tidak
ada huruf “ALIF” antara huruf “RO’” dan “THO” pada kata “SHIROOTHO”
(lihat di Surat Al Fatihah) dan antara huruf “SIN” dan “NUN”pada kata
“INSAANA”, tetapi menurut versi cetak Indonesia pada umumnya terdapat
huruf ALIF pada kedua kata tersebut. Pada versi cetak Arab Saudi, untuk
menunjukkan bacaan panjang pada bunyi ROO dan SAA pada kata SHIROOTHO
dan INSAANA, digunakan tanda “fathah tegak”. Saya paham, maksud orang
menambahkan ALIF pada kedua kata tersebut agar lebih memudahkan bagi
pembacanya, tetapi ternyata menyimpang dari aslinya. Maka dari itu anda
menemukan jumlah huruf yang lebih banyak pada Surat Al Fatihah ayat 6
dan 7 dari yang saya tuliskan. Sebagai tambahan, salah satu ciri Qur’an
versi cetak Indonesia pada umumnya adalah Surat Al Fatihah terletak pada
HALAMAN 2, sementara versi cetak Arab Saudi, Fatihah berada pada
HALAMAN 1.
Mengenai jumlah kata, kata harus didefinisikan sebagai susunan dari beberapa huruf (dua hrurf atau lebih), sehingga anda harus memperlakukan “WA atau WAU” sebagai huruf meskipun bisa diartikan dengan kata “DAN” dalam bahasa Indonesia. Perlakuan “WA” (misalnya pada kata “WATAWAA”) sebenarnya bisa disamakan dengan “BI” (pada kata BISMI), karena kebetulan BI bisa gandeng dengan kata berikutnya, sementara WA tidak bisa ditulis gandeng dengan kata yang mengikutinya. Jadi jangan hitung “WA” sebagai kata, tetapi sebagai huruf.
Mengenai jumlah kata, kata harus didefinisikan sebagai susunan dari beberapa huruf (dua hrurf atau lebih), sehingga anda harus memperlakukan “WA atau WAU” sebagai huruf meskipun bisa diartikan dengan kata “DAN” dalam bahasa Indonesia. Perlakuan “WA” (misalnya pada kata “WATAWAA”) sebenarnya bisa disamakan dengan “BI” (pada kata BISMI), karena kebetulan BI bisa gandeng dengan kata berikutnya, sementara WA tidak bisa ditulis gandeng dengan kata yang mengikutinya. Jadi jangan hitung “WA” sebagai kata, tetapi sebagai huruf.
alquran-indonesia