Sosok tua itu tampak asing di tengah kerumunan orang yang penuh suka cita. Di saat semua orang meneriakan teriakan kemenangan, wanita tua itu hanya duduk diam dalam kesederhanaan. Yang menyamakannya dengan suasana euforia di sekeliling hanya kerudung merah dan kemeja putih bermotif kotak-kotak merah-biru di bagian dada.
Gaya bicaranya halus, sebagaimana perempuan Solo pada umumnya. Gerakan yang paling mencolok hanya permainan jari yang kerap dilakukannya. ''Punya anak nurut, senang. Dia nurut sama orang tua. Tidak pernah nakal. Dia nggak neko-neko,'' kata Soejiyatmi Notomihardjo, Kamis (20/9). Anak yang dimaksud yaitu Joko Widodo, calon gubernur DKI Jakarta yang sudah hampir bisa dipastikan akan menggantikan Fauzi Bowo selama lima tahun ke depan.
Bisa dikatakan, sosok berusia 69 tahun itu salah satu orang yang berperan dalam perjalanan Jokowi menuju DKI 1. Pasalnya, meski pun sudah berusia, namun ia terus mendampingi dan memberikan dukungan kepada Jokowi.
Bahkan, ia tetap menemani Wali Kota Solo itu ketika melakukan kampanye putaran kedua yang berlangsung selama tiga hari. ''Saya mau sendiri, ikut ke kampung-kampung dan gang. Karena saya ingin memberikan semangat,'' papar dia.
Bagi Soejiyatmi, keunggulan Jokowi itu bukan semata menjadi kegembiraan. Namun juga menjadi pekerjaan rumah yang berat. Apalagi kali ini Jokowi harus memimpin DKI Jakarta yang merupakan ibukota negara. Dengan segala masalahnya yang kompleks dan masyarakatnya yang heterogen.
''Tidak boleh berlebih-lebihan senangnya. Karena nanti beban anak saya akan lebih berat lagi. Pekerjaannnya lebih berat. Jadi saya bersyukur saja, sama Allah yang telah memberikan amanat kepada anak saya,'' ungkap dia.
Kepada Jokowi, ia pun mengaku memberikan pesan khusus. Yaitu, agar terus bekerja keras, jujur, dan ikhlas. Sehingga dapat menjalankan amanat rakyat dengan lebih baik. ''Menjakankan amanah dengan baik, lancar dan dapat bimbingan dari Allah. Kalau ikhlas, jujur, itu akan dapat jalan dari Allah.''
Bagi Joko-sapaannya kepada Jokowi-, pemilukada tidak menjadi beban yang berat. Karena dijalankan dengan santai dan tidak berambisi. Bahkan, pada malam menjelang pemungutan suara, Jokowi tidur dengan tenang dan pulas.
Sikap Jokowi yang santai pun terlihat sepanjang hari pemungutan suara. Menghadapi wartawan dan kerubutan masyarakat yang ingin menyalami serta mengambil foto, Jokowi tetap bersikap santai. Bahkan, berulang ia berulang kali mengingatkan kepada massa agar tetap tenang.
Beberapa kali bahkan ia sempat mengeluarkan gurauan. Termasuk ketika ditanya wartawan mengenai kemeja putih yang dikenakannya ketika menemani Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri mencoblos di kediamannya di Kebagusan, Jakarta Selatan.
Padahal, sejak memastikan maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta, Jokowi selalu hadir dengan mengenakan kemeja kotak-kotak merah-biru. Pakaian itu pun seakan menjadi identitas dari Jokowi yang berpasangan dengan Basuki Thajaja Purnama (Ahok).
Di kediaman Megawati pun baju kotak-kotak menjadi pemandangan umum. Yaitu sebagai tanda bahwa orang tersebut merupakan simpatisan dari Walikota Solo tersebut.
Megawati dan Ketua Fraksi PDI Perjuangan, Puan Maharani sebagai tuan rumah pun mengenakan kemeja kotak-kotak. Meski pun dengan corak dan warna yang sedikit berbeda dari yang umum dikenakan orang-orang. ''Karena baju kotak-kotaknya belum kering,'' kata Jokowi singkat ketika ditanya mengenai hal tersebut. Sontak, jawaban itu langsung memicu gelak tawa dari kerumunan wartawan.
Jokowi pun mengeluarkan komentar menggelitik di hadapan para pendukungnya. Yaitu mengenai kondisinya yang sedang tidak fit. ''Jadi kita telah hampir lima enam bulan bekerja, saya merasa tak ada capeknya. Tapi hari ini betul-betul saya pilek. Seumur-umur, baru hari ini saya pilek. Karena tadi saya lupa bawa minyak kayu putih,'' seloroh dia.
Meski pun kerap mengeluarkan candaan, namun Soejiyatmi tetap memandang sosok Jokowi sebagai seorang yang serius dan pekerja keras.''Dia tidak suka berlibur, senangnya kerja. Dia libur pun di rumah saja, istrahat beberapa hari, lalu kerja lagi,'' pungkas dia.
Sumber